Rabu, 02 Januari 2013

Pemanfaatan media dalam pembelajaran

klik dahulu ya

 Tujuan pendidikan secara umum menghendaki adanya perubahan ke arah yang lebih baik terhadap perkembangan dari semua ranah yang dimiliki peserta didik, baik kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Ketiga ranah tersebut diharapkan dapat berkembang secara seimbang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal melalui pendidikan yang dijalaninya.
Seiring dengan hal tersebut study intensif yang dilakukan berbagai pihak termasuk lembaga-lembaga pendidikan terhadap pola pembelajaran dan pemahaman peserta didik terhadap beberapa mata pelajaran termasuk bahasa Indonesia menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil studi menunjukkan bahwa pola pembelajaran bahasa Indonesia di SMA cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik sulit difahami oleh siswa sebagai akibat kurangnya motivasi belajar siswa dan pola belajar mereka cenderung menghafal.
Meskipun Bahasa Indonesia adalah merupakan pelajaran yang sangat penting, namun terkesan bahwa pelajaran bahasa Indonesia  merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini yang menyebabkan minat belajar siswa terhadap bahasa Indonesia sangat rendah. Hasil penelitian Indra Irawan dalam skripsinya (2005) menyimpulkan bahwa kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan, karena bahasa Indonesia dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit difahami. Tentu hal ini sangat memprihatinkan, karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan sudah merupakan bahasa sehari-hari.
Jika dibanding dengan ilmu eksakta seperti matematika dan IPA memang bahasa Indonesia jauh lebih mudah. Hal ini sangat beralasan karena tidak membutuhkan banyak analisis dalam penanaman konsep. Akan tetapi banyak guru yang mengalami kesulitan mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan baik. Kenyataan memperlihatkan, bahwa kesan guru terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia gampang-gampang susah. Artinya, tidak membutuhkan banyak pemikiran untuk mengajarkan, tetapi sulit menyampaikan dengan baik. Kesulitan tersebut disebabkan beberapa alasan antara lain, mata pelajaran bahasa Indonesia terkesan monoton dan tidak ada metode yang ideal untuk mengajarkannya, disamping itu guru tidak kreatif untuk menciptakan dan memanfaatkan metode pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif. Hasil survei yang dilakukan oleh Akhzan,S.Pd (2004), menunjukkan bahwa 80,10 % menyatakan bahasa Indonesia sulit diajarkan dari 80,10 % tersebut, 40% menyatakan bahwa minat siswa sangat kurang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, 55% menyatakan kendalanya adalah sulit menentukan alat praga dan menciptakan strategi, metode dan teknik yang baik. Serta 5% menyatakan kendalanya adalah tingkat kesulitan materi ajar yang cukup tinggi. Demikian pula halnya siswa, meskipun mata pelajaran bahasa Indonesia dianggap mudah, namun terkesan kurang diminati. Hasil penelitian Muh. Ramli (2005) terhadap siswa SMA di Makassar memperlihatkan, bahwa 15 diantara 20 orang menyatakan Pelajaran bahasa Indonesia kurang menarik. Dan 14 diantara 20 orang siswa menyatakan Bahasa Indonesia Menjemukan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, seharusnya menjadi suatu pelajaran yang diminati dan disenangi oleh siswa namun kenyataannya secara umum rata-rata prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih dianggap rendah. Hal ini disebabkan matei pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak difahami oleh siswa. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam suatu proses pembelajaran adalah guru harus menggunakan  media pembelajaran yang sesuai.
         Berdasarkan uraian di atas, tentu dibutuhkan kreativitas guru dalam menciptakan suatu proses pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan bermakna, agar kesan bahwa belajar bahasa Indonesia itu kurang menarik dan menjemukan dapat berbalik menjadi belajar bahasa Indonesia itu mudah dan menyenangkan. Pembelajaran yang beorientasi pada pemberian informasi sudah sepatutnya diminimalkan dan diganti dengan pembelajaran yang lebih kreatif sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hal ini sangat sesuai konsep pembelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan dewasa ini yakni belajar dengan metode inquriry dan (critical thinking) yang selama ini banyak ditinggalkan. Demikian halnya pembelajaran kontekstual (Contektual Teaching and Learning). Selain itu, banyak dampak positif (naturan effect) yang dapat diperoleh siswa seperti memupuk sikap ilmiah, meningkatkan kepercayaan diri, bermain dan bertanggung jawab dalam suatu masalah melalui diskusi, bermain peran, berkompetisi, bekerja sama dalam kelompok, berlatih , dan yang paling penting adalah siswa terjun langsung mengalami proses pembelajaran.
Untuk memotivasi teman-teman guru dalam pemanfaatan media mungkin ada baiknya dikemas dalam bentuk kegiatan lomba media pembelajaran sekaligus menjadi wahana dalam bertukar pikiran dan informasi yang menarik.